Layanan Perasaan

0048 – 28 November 2006
Layanan Perasaan


Hampir sejam selepas aku menaip entri depresi yang sebelum ini, aku kembali untuk menaip entri yang baru.

Sememangnya, selepas aku menaip entri tersebut, aku sedikit lega, beban sedikit hilang, dan lelah semakin berlalu.

Tapi aku rasakan ianya masih tak cukup untuk menghilangkan segala rasa. Aku perlukan sesuatu untuk menyalurkan rasa ini agar ianya pergi, dan aku kembali seperti sedia kala.

Hasratku untuk tidur awal ku hentikan. Aku tak jadi menutup laptopku. Lantas aku mencari tempat untuk menghilangkan depresi. Application ”Windows Media Player” ku buka, dan aku mencari-cari lagu untuk membuaiku.

Sebetulnya, agak payah untuk ku memilih. Aku menyimpan hampir 2000 lagu di dalam laptopku. Aku suka menyimpan, walau tidak semua ku dengar. Tapi aku mudah untuk memilih beberapa lagu favourite.

Aku ’random’ kan playlist, dan aku ’crossfade’kan 10 saat setiap satunya. Biar ia menjadi satu medley panjang yang membuai.

Hasilnya terjadilah susunan lagu seperti berikut:


Berteman Sepi (Erra Fazira)
Maha Karya Cinta (Faizal OIAM)
Merisik Khabar
(Sudirman)
Sampai Menutup Mata (Acha Septriasa)
Enggan (Fauziah
Latiff)
Beradu Di Khayalan (Siti Nurhaliza)
Hurt (Christina
Aguilera)
Hati Berbisik (Siti Nurhaliza)
Andainya Aku Bersuara (Liza
Hanim)
Sengsara (Ezlynn)
Cuba Untuk Mengerti (Siti Nurhaliza)
Hapus Aku
(Nidji)
Ku Menunggu (Siti Nurhaliza)
Berhenti Berharap (Siti
Nurhaliza)
Beberapa lagu jepun yang ada ’sentimental value’

Ada lagu yang pernah didengar, ada yang tak pernah didengar. Aku akui, aku amatlah emosional dan aku memang suka melayan perasaanku. Lagu-lagu tersebut membawa aku menerawang jauh, aku maluah segala rasa melalui lagu-lagu tersebut.

Dan proses layanan perasaan pun bermula!

... masih ada sembunyi, kenangan yang tak mampu ku lemparkan jauh...
... manisnya pertemuan pahitnya perpisahan...
... kini berteman sepi, kini aku sendiri...
... di kamar sepi ini titisan membasahi...
...dan aku tidak tahu pada siapakah untuk ku luah rasa...

... adakah aku yang salah atau hanya helah sahaja...
... bila kau berlalu ku rindu...
... kau bagaikan udara yang membantu aku untuk terus hidup di atas dunia...
... tanpamu ku lemah pastiku tak berdaya...
... kerna kau maha karya cinta...
... kau takkan dapat aku lupakan....

... terkapar-kapar ku kelemasan sakit dilambung ombak kerinduan...
... mengapa aku jadi tidak menentu keranamu...
... tiada salam tiada pesan, memaksa diri untuk melupakan...
... ku kegelisahan, mencari-cari ke mana pergi harga diri ini...
... bertanyakan berita, merisik khabar, mendengar cerita...
... melaluinya kau ku hampiri bersama luka di hati...

... aku tak mudah untuk mencintai...
... aku tak mudah mengaku ku cinta...
... aku tak mudah mengatakan aku jatuh cinta...

... dalam kegelapan ku tercari...
... nak ku mimpi tapi enggan terlena...
... mestikah aku yang dulu meluahkan...
... enggan mengundang...

... kini berlalu semua kenangan, sepi berlagu membelai perasaan...
... tanpaku sedari, kau menghilang bersama bayangan...
... air mataku menjadi saksi kerinduan...
... dikau kini di awangan, tak tercapai tangan...

... seems like it was yesterday, when I saw your face...
… thank you for all you’ve done…
… sometimes I want to call you, but I know you won’t be there…
… I’m sorry for blaming you for everything I just couldn’t do…
… And I hurt myself…

... hati berbisik mengenang cerita derita yang daku pendam...
... aku kini perlu berdiri, walau hakikatnya pasti kan melukai...
... aku ingin semua rasai, kerna pengakhirnya hidup, ku sendiri....

... akulah sebatang kara dan tiada tempat bercerita...
... segalanya ku diamkan saja, maka hati pun mulalah berkata-kata...
... di manakah letaknya diriku ini sehingga ku rasa sungguh asing sekali...

... sendiri di kamar ini daku meratapi, subuh bakal menyinsing...
... fikirkan apa yang kurang pada diriku atau salah lakuku...
... terlantar, terketar-ketar kedinginan berselubung kenangan...

... bukankah semestinya cinta yang bisa membuat bahagia...
... tak habis ku berfikir sampai bila begini...
... ku cuba selalu untuk mengerti tapi tak mampu bertahan lagi...
... seharusnya kau tahu takkan semudah itu...
... bila memang kau tulus mencintaiku...

... tuliskan kesedihan, semua tak bisa kau ungkapkan...
... yakinkan aku Tuhan dia bukan milikku, biarkan waktu hapus aku...
... sedarkan aku Tuhan dia bukan milikku, biarkan waktu hapus aku...

... ku begini seperti selalu membilang waktu berlalu...
... entah berapa lama aku tak sedarinya, berapa lama harusku menunggu...
... aku mimpikan suram cahaya bertukar cahaya indah...
... ku tunggu angin perubahan, barat utara timur selatan...
... airmata dan senyuman, antara mimpi dan harapan...
... adalah rindu semilu menghiris kalbu...
... masih lagi seperti selalu membilang waktu berlalu...

... aku tak percaya lagi dengan apa yang kau beri...
... aku berhenti berharap dan menunggu datang gelap...
... hingga nanti satu saat tak ada cinta ku dapat...
... mengapa ada derita bila tercipta bahagia...
... aku pulang tanpa dendam, ku terima kekalahanku...
... kau ajarku bahagia kau ajarkan aku derita...
... kau tunjukkan aku bahagia kau tunjukkan aku derita...
... kau berikan aku bahagia, kau berikan aku derita...

Aku akui, aku sebak ketika melayan perasaan melalui cara tersebut. Aku menangis, tapi tidaklah sekuatnya. Entah kenapa, seteruk mana pun keadaan ku, aku memang jarang menangis. Aku hanya mengalirkan dua tiga titik air mata, dan aku rasa lega.

Kelegaan dapat kurasakan ketika ini. Syukur aku memilih untuk mengambil langkah tersebut yang secara tak langsung menghalang aku buat beberapa perkara bodoh yang telah aku fikirkan. Syukur sangat!

Aku hanya ingin berkongsi caraku mengurangkan depresiku. Mungkin ada yang menggelakkan cara ini, peduli apa, bagiku cara ini amat berkesan bagiku. Dan kini aku semakin ok.

Hanya berkongsi.


:::YTBACK!!!:::

Dari Yang Terdalam...

0047 – 28 November 2006
Dari Yang Terdalam…

I always asked myself, what do I want in life? What I really, really want to fulfill my desire? Also, what is my purpose in life?

Going through life in all these years, watched one to one of my dreams slipped away from me. Some of them, I slipped on purpose, but many of them were accidentally slipped and taken off from me in such a way that I am not approved.

I always said this, life is life. It is subjective. It can’t be predictable. Yes, I always said that.

But sometimes, there are times when I questioned back to myself, what kind of life this is, when I felt nothing except loneliness and lose of hope.

I admit it happened to me most of the time. And things that happened had shaped me into the way that I am today.

I am not a perfect person, nor a foul person. I have strengths, I have weakness. Sometimes I used my strength well, but sometimes it seems like my weakness has dominated me.

Going through these entire years make me realized, there are things that should not be granted. It might slip away and make you mourn of it.

It happened to me from time to time. On my positive mind, I always want to see the bright side of it. Look for the rainbow in every storm, they say. But what if, the storm is too harsh and the rainbow is far away from being seen?

On my negative mind, this is what I want to talked about. I always terribly look to my problems as the source for me to mourn of my fate and destiny. I know, in the process of that, I was doing nothing to improve. I am getting used to those feelings, and somehow I always allow myself to be entertained by it.

But, when it comes for me to realized how I am being fooled all these time, I was doing nothing, except crying. Sometimes it makes me better, sometimes it doesn’t.

The question is, how long will all these affect me, as I, myself has not enough energy to cry anymore. I’m tired of it, I’m sick of it!

P/s – don’t bother about the ‘tone’ of this entry, I just express it truly from my heart. Dari Yang Terdalam…


:::YTBACK!!!:::

Non-equilibrium and open system???

0046 – 25 November 2006
Non-equilibrium and open system???

Prolog

Sometimes when we are in equilibrium state, somehow like closed system, we forgot that there always something that can be vulnerable and will disrupt the condition. When we are in happy mood, we forgot that we also can be sad too.

Firstly, before I go on with this entry, sorry again for the readers who find this place is not amusing as any other blog site. I cant help it guys. I only have force to write and tell you stories about e when I am in this state of mood – depression mood. So I think I will just go on with this. Maybe after this, I will write when I am in good mood ok…

Ok, back to the story.

(duh letih speaking ni, tak terluah rasanya, aku campur-campur la ek)

Konflik lagi…

Camni, actually apa yang aku perasan tentang diri aku ni, aku benci konflik atau pergaduhan. Aku benci orang benci aku. Perasaan bila kita dibenci, rasa macam tak selamat dan menyakitkan. Tu yang buat aku benci tu.

Tapi life is life. Kita tak mampu nak puaskan hati semua orang, dan orang pun susah nak puaskan hati kita.

Banyak kali aku mengalami pengalaman dibenci dan membenci.

Apa yang aku buat bila aku rasa ada orang tak suka dengan tindakanku?

Firstly, aku memang tak kisah untuk mintak maaf. Ya, aku akan mintak maaf dan berharap untuk dimaafkan. Dan berharap dia dapat terima aku balik seperti sedia kala. Aku tak kisah untuk mengakui kesalahanku, dan kadangkala untuk membuat keadaan normal seperti sedia kala, aku tak kisah untuk mengakui kesalahan yang bukan aku lakukan. Semuanya sebab aku tak nak konflik tu berlarutan.

Tapi, when it times when my apologizes are not accepted, and they make me feel like i have nothing in this life except my error, I somehow get mad. Penat je kita merayu untuk dimaafi, tapi tak diendahkan. Rasa macam takde harga diri, n rasa macam dipermainkan.

Yela, kita dah buang segala ego, buang segala rasa, tak kisah pasal pendirian, untuk mintak maaf, tapi bila kita diperbuta begitu, siapa yang tak sakit hati. N later on, aku pulak yang rasa sakit hati.

Sampailah bila keadaan dia maafkan kita, aku pulak yang tak boleh memaafkan. Pelik bukan.

But that’s me. Itu adalah aku dan bagaimana aku menghadapi situasi tersebut.

Some people may look errors as something from the past, and can forget it entirely. But for me, I can forgive but I can never forget.

Don’t know why bila aku fikir balik keadaan-keadaan tersebut, walaupun selepas ianya kembali normal, aku tertekan. And that’s lead me to write this entry yang penuh dengan depression tone.

Kisahnya

Kisahnya, biarlah aku rahsiakan. Aku tak suka buka pekung di dada sendiri dan cerita pasal orang lain.

Just a brief, knowing someone through sms and we get along really nice. It makes me feels good when I think that there is someone who can get along with us walaupun dia hanya mengenali kita sedikit cuma.

Until some point, I admit, I made a mistake. And this person cannot accept it. And I apologized and now this person makes me in blue. Because this person does not reply to any sms, or ym or anything.

Maybe the friendship is too shallow and there is nothing strong that bind us together. Maybe it was me who wrong entirely. Yes, I was wrong I admit!

Tulah, bila keadaan macam ni aku mula rasa tak selamat. It’s bad to think that there is someone in this world who hates us on our behavior. It makes me feel sick!

The same situation has happened to me over and over again. And I am sick of it!

But at the bright side, it adds up my experience to deal with life. I guess this is life – it’s not equilibrium and it is an open system!


:::YTBACK!!!:::

Just telling u something...

0045 – 23 November 2006
Just telling u something…

Prolog

Well thanks for the comments, at least a have someone who read this blog regularly.

I dedicated this entry to reply back most of the comments cos, right now I don’t have anything to do except sleeping and daydreaming. So I better get something to be done.

Tone

Huhu, one I noticed when they comments, it make me realized the ‘tone’ of this blog. Betul ke tone blog ni ala-ala frust melarat, tension and down gila?

Well kalau betul, nak buat macam mana. Aku ada perasaan untuk menulis bila aku rasa tension.

Aku perasan this blogging-blogging thing somehow can relieve my stress yang kadang-kadangnya aku tak boleh luahkan dalam real world.

Hanya kat sini aku bisa luahkan sejujurnya ke atas sesuatu perkara walaupun aku masih lagi sedikit berselindung dalam meluah, bimbang kalau yang terkena akan membaca.

Panjang n non-understandable

But when it comes to blog, when times I have to express what I feel inside, aku memang suka tulis panjang-panjang. (maybe because of this, I think I don’t have any regular readers).

Perasaan memang sukar digambarkan dengan kata-kata. Thats why sometimes bila aku menaip, aku taip ni, n taip that, n tak sangka-sangka ianya panjang. So nak buat macam mana?

Bila panjang memag susah difahami. My friends once said, nak baca blog ko, macam nak kena studi bio, kena cari isi penting, highlight n so on. Hurm, tatau la nak cakap ape. At least bila aku dah menaip, I feel relieve inside.

Komen

Aku tak kisah korang nak komen aku kat sini. I find this place is the place where i want to improve myself.

Despite all my monotonous entries, I am cheerful in the real world. But somehow, inside I feel different.

That is I want to picture out in this blog. Komen korang maybe akan membantu aku sort things out when I don’t know what to do.

Komen je sejujurnya. – Andai kau jujur memahami, tiadaku menjauhi – =)

Fighting for a losing battle

Hurm, let me elaborate more in this. Bout “fighting for a losing battle”, entah macam mana I always fall for a girl yang dah bercouple n ada balak. That’s y I called it “fighting for a losing battle”

Sebabnya aku tahu ianya agak sukar untuk mencapai kejayaan. Aku memang berharap at first. Aku akan merapati, then tengok macam mana – ada harapan atau tidak.

Bila dah rapat – one i realised about these girls, diorang still attached to their bf. And their was no more space for me to interrupt.

Bila dah takde harapan – baik aku bla je. I’ll move on, but at the moment i feel depress, tulah terjadinya entri yang meratap n macam kesian je bila baca.

But sebenarnya as times goes by, aku ok je, cos it adds something for me.

N for hilman, I’m aint nothing like u. Tengok je la macam mana kau strive for the “biskut”.

Aku selalu fikir apa perasaan orang kalau aku buat macam ni, macam tu. Tak nak buat diorang feel uneasy. Maybe I think too much?

Matriks?

Huhu... matriks, someone like me? Who? Sapa yang buat khabar angin ni?

As I realized there was no one except two gurls lah yang keep smsing with me, adding colors to my hectic life in matrix. Is that the sign of someone likes me?

N to answer your question, I do like someone back then. Tapi nak buat macam mana dia dah tak layan kita, so again I’ll better move on.

Huhu

Entahlah kan. Banyak sebenarnya I have crush on girls. Huhu (sesi luahan rasa)

Semashur – 2 orang
Matriks – seorang
First year of UTEC – seorang
3rd
sem of UTEC – seorang


Banyak tak? Tu pun kiranya aku susah nak fall for somebody. Kalau tak mesti banyak lagi.

Ym ngan kawan aku, dia kata – mesti sem depan kau dapat yang lain pulak la

Satu semester, satu cerita, satu lagu tema kan. (promo filem cinta)

Gosh, tak sabar nak tunggu citer tu, macam best je.

Penutup

Neway, i better stop now. Kang kata aku meraban tak ingat dunia pulak. Well who cares? Its my blog.

Good day n bye!


:::YTBACK!!!:::

Fighting for a losing battle...

0044 – 22 November 2006
Fighting for a losing battle…

Saat aku ada masa untuk diri sendiri begini, aku seringkali menilai diri. Apakah ianya cukup bagus atau perlu diperbaiki. Seringkali aku berkeputusan masih banyak perlu diperbaiki.

Banyak juga perlakuan seharianku yang ku sesali saat begini. Kadangkala ianya tak mampu dikawal, jadi ianya memang di luar kemampuan diri.

Tapi saat-saat begini, aku begitulah. Berfikir, menilai dan menyesal. Acapkali juga merancang untuk memperbaiki di masa akan datang, namun kebanyakkannya rancangan tinggal rancangan.

Merancang memang mudah, tapi bila saat melaksanakannya rancangan itu bagaikan tersasar. Akhirnya aku tidak menjadi semakin baik malah makin jauh dari yang dirancang.

Aku adalah aku. Aku tak bisa menjadi orang lain dan aku tak bisa menurut rancangan, walaupun ianya rancangan diriku sendiri. Akhirnya yang terdalam diri ini juga yang kerap ku pertontonkan di khalayak.

Sering ku bertanya adakah ianya tak cukup bagus?

Entahlah.

3 semester telah berlalu, aku rasakan pengalaman makin bertambah, tapi aku masih di takuk lama. Pencarian dan pemburuan untuk mencari seringkali berakhir dengan kebuntuan.

Di tahun pertama, aku meminati seseorang. Banyak yang ku lakukan untuk menarik perhatiannya. Hadiah, siap ada lagu tema lagi. Dealova.

Sudah kuluahkan, namun ianya tidak ke mana. Dia tak mengendah mungkin. Aku tak kisah ditolak begitu, tapi jauh di sudut hati aku bertanya adakah aku ni terlampau teruk.

Tapi aku tidak salahkannya, kerana aku tahu dia pun sudah terikat dengan orang lain. It’s like I was fighting for a losing battle there. So I move on.

Semester 3 bermula, semester baru. Azam baru. Juga entah bagaimana, cerita baru dan rasa baru timbul.

Aku adalah aku. Aku tidak akan terus meluah, aku ingin merapatinya dulu. Dalam proses inilah aku mengenal sama ada dia dapat menerimaku atau tidak.

Banyak masa ku telah habiskan bersamanya. Bukan berdua, dengan yang lain juga. Hadiah dan juga lagu tema. My heart. Hurm, kelakar pulak bila fikir balik.

Sampailah hari terakhir di semester yang lepas, aku berkeputusan untuk menamatkan rasa itu. Kerana bagiku ada orang yang lebih jauh ke hadapan di sisi dia, dan aku takkan mampu mengejar. Again, I was fighting for a losing battle there.

Aku tak mahu meluah saat itu, kerana pedih lama masih menebal. Jadi ku diamkan diri. Aku sekali lagi tidak kisah ianya terjadi, ianya menambah pengalaman dalam hidupku.

Persoalannya kini, adakah semester yang baru ini akan menerbitkan cerita baru? Atau lagu tema baru? Dan hadiah baru? And do I need again fighting for a losing battle?

Kalau ia terbit, ia akan menjadi satu semester, satu cerita, satu rasa. Macam promo filem cinta pulak.

Dan persoalan kedua yang bersarang di fikiranku, adakah aku perlu mengubah diri aku menjadi yang lain? Adakah untuk mencari dan memburu aku perlu menjadi orang lain?

Entahlah. Jauh di sudut hati, aku yakin aku sendiri mempunyai kekuatan dan kelebihan. Jadi aku rasakan tiada gunanya aku berpura-pura menjadi orang lain dalam mencari.

Persoalan ketiga, akan adakah seseorang yang akan mengenal aku sebagai aku? Dan menerima aku sebagai aku?

Aku biarkan persoalan itu kepada Yang Esa. Mungkin dia ada sebab merencanakan begini.

But at this moment, i cant deny that i’m tired of fighting for a losing battle cos it effects me internally. I might be good from the outside, but my emotions runs high and low when I faced this situation.

I’m tired of it!


:::YTBACK!!!:::

Perspektif...

0043 – 21 November 2006
Perspektif...

Banyak perkara yang pelik berlaku di dunia ni. Banyak yang berlaku di luar jangkauan pemikiran dan banyak juga yang berlaku tak tercapai dek akal.

Hidup adalah perkara subjektif. Apa yang tersurat tak semestinya itu yang tersirat. Yang ternampak tak semestinya yang tersembunyi. Juga yang terluar tak semestinya yang terdalam.

Menyusuri pengalaman hidup selama 20 tahun ini, aku menyedari tak semuanya yang kita jangkakan itu betul. Pandangan kita terhadap sesuatu perkara juga mungkin berubah dari satu masa ke masa yang lain. Ianya subjektif.

Kadangkala kita merasakan bunga itu cantik, tapi kadangkala kita merasakan sebaliknya. Kadangkala kita merasakan aiskrim itu sedap namun kadangkala kita tidak menyukainya. Pandangan kita terhadap sesuatu perkara pun nyata berbeza.

Sesuatu telah berlaku di sini. Namun aku tak boleh memberitahu. Sudah berjanji untuk menyimpannya sampai mati. (harapnya)

Walau tidak boleh ku ceritakan, nyata ianya mengubah persepsi aku selama ini. Ia mengubah perspektif aku sehingga aku mengakui semuanya tidak boleh dijangkakan.

Dont judge a book by its cover, kata orang. Aku pernah membidas, a good cover represents good fillings. Tapi keadaannya berbeza mengikut keadaan.

Ada masa yang ternampak itu penting untuk membuat persepsi awal. Ada masa kita patut mengenal sedalamnya baru kita mampu memperoleh persepsi yang betul.

Apa aku mengarut ni?

Camni la to make things simpler, I know this particular person. And my first impression was wow, this is a great person.

But when it look inside in this person there are also some kelemahan yang tak ternampak bila kita memandangnya.

Itu membuatkan aku sedar, setiap manusia memang dilahirkan berbeza-beza. Ada kelemahan dan ada kekuatan.

Yang nyata bagaimana untuk mendominasi kekuatan itu untuk menutup kelemahan?

Aku bersyukur diberi peluang mendapat pengalaman ini yang ku sifatkan amat berharga dan telah mengubah kembali persepsi aku menilai orang. At least i learnt something.

Sori kalau entri ini tidak difahami. Inilah akibatnya kalau nak meluah tapi tetap nak cover. Nak buat macam mana, aku dah berjanji. Lepas ini insyaAllah aku akan jujur dalam menulis entri. Hehe

bye


:::YTBACK!!!:::

Nakal

0042 – 18 Oktober 2006
Nakal

Kadang- kadang untuk mengetahui mengenai hati dan perasaan kita perlu act beyond imagination untuk mengetahui maklumat yang tidak diketahui selama ini. Walaupun dengan cara yang salah!

Hanya dengan cara itu sedikit sebanyak reality keadaan akan terbuka dan kita lebih mengerti keadaan sebenar keadaan itu dan merancang apa yang boleh dilakukan pada masa akan dating.

Itu yang baru berlaku kepadaku di sini aku di sini. Aku telah buat sesuatu yang salah hanya untuk mengetahui perasaan orang kepada aku. Walau dengan menceroboh sedikit hak peribadi.

Kegiatan ’nakalku’ ini sedikit sebanyak membuka mata aku tentang perkara yang selama ini memang tersurat dan nyata di depan mata, tapi hati ini sering memandangnya sebagai sesuatu yang remeh dan tak penting. Hati ini sering menyangkal perkara yang tersurat!

Hinggalah saat ini baru aku sedar, selama ini yang tersurat dan ternampak di depan mata, yang selama ini aku abaikan itulah adalah realiti yang azali. Juga keadaan yang sebenar.

Ini mengajar aku letak duduk diriku di sisi orang lain. Dan positifnya aku kini dapat merancang apa yang boleh ku lakukan di masa akan datang.

Kamal is being kamal. Walau sedikit sebanyak realiti yang baru ku ketahui ini mengguris rasa, tapi aku sentiasa cuba berfikiran positif. Ya, ini adalah pengalaman hidup terbaru buatku. Yang menambahkan rencah hidupku.

Jangan ditanya apakah peristiwanya, kerana aku tak bisa meluah, kerana ada hati-hati yang perlu ku jaga. Biarlah rahsia...

Tapi, aku bersyukur dalam sela waktu yang telah berlalu ini, aku berpeluang mengecapi kenangan bersama mereka. Tanpa sedikit pun aku rasa terasing sebelum ini. Aku bersyukur kerana mereka masih melayanku seperti teman yang rapat, walau sememangnya aku tak layak berada di situ.

Baru aku mengerti mengapa orang-orang di sekeliling sering memandangku sebagai mengganggu hidup mereka. Betapa butanya aku tak perasan perkara ini sedangkan ianya jelas!

Kesepian aku sebelum ini yang mengawal gerak langkahku. Juga perilakuku. Sehingga aku buta dan tak nampak perkara yang jelas nyata. Sehingga aku sendiri berharap kepada sesuatu yang tak pasti.

Apakah akan terjadi begini di setiap semester? Setiap semester yang berganti akan menambah kenangan pedih dalam hidup? Urm, entahlah...

Biarlah dulu rasa ini berlegar sehingga aku lelah merasainya. Bila aku kembali rasional, akan ku atur kembali hidupku yang sedikit kucar-kacir. Syukur cuti baru bermula untuk aku berehat dari memikirkan masalah yang melanda.

Harap aku bisa mengatasi pedih ini.

Bye


:::YTBACK!!!:::

Mizunderstood?

0041 – 16 November 2006
Mizunderstood?

Kisahnya…


Aku sedang tidur saat itu. Dalam keadaan yang kurang selesa. Dengan laptop di tepiku, aku hanya mengambil sedikit ruang di tepi katilku. Takut pulak kalau laptop tu terjatuh.

Aku ada plan petang tu, jadi sementara menunggu aku mentransfer beberapa movie ke dalam komputerku, aku mengambil keputusan untuk tidur. Setelah penat menggoreng untuk peperiksaan microb sebelumnya, i really need a solid, nice rest.

Tapi aku terpaksa tidur dalam keadaan yang tidak selesa itu. Walau semengantuk mana pun aku, kalau tak selesa, mesti aku akan sakit badan lepas tu. Tapi nak buat cmna.

Hinggalah...

Tet! Tet!

Hansetku berbunyi. Mengagau tanganku mencari hanset.

Entah kenapa sejak kebelakangan ini jika aku mendapat mesej, itu merupakan saat terindah buatku. Sekarang orang jarang mesej aku. Hanset aku selalu sepi. Kredit pun banyak habis dekat gprs instead of messaging other people. (...)

Bukak kotak mesej.

”Jom kuar. 530 ok...”

Memang agak lambat nak kuar petang tu, sebab kawan aku yang tahun akhir tu ada presentation pukul 4 petang. So, decide keluar lambat sikit walaupun naik bas je.

Bas terakhir yang akan balik ke Kuktem (er.. UMP?) pun pukul 630. balik naik cab lah malam tu. Walau kena bayar banyak. Takpela, hari kemerdekaan aku dari exam plus someone’s birthday.

Dalam mamai, aku menaip,

”K...”

(sekarang ni dah expert main mesej, sambil tutup mata pun boleh menaip. Kadang-kadang tu aku selalu jugak main mesej sambil naik beskal, macam dah hafal keypad tu kat mana – well aku anak dalam dunia teknologi => )

Tiba2...

Tet! Tet!

”Betul nak kuar? Mcm xsemangat je.”

”Umm. Wa tdo r. Baiklah! Yeye! Kta kuar! Muahahahaha (sampai habis msg)”

Niat aku nak puaskan hati dia, supaya aku nampak teruja nak kuar. Lagipun aku tengah mamai, plus i need rest, so aku tulis je mesej tu tanpa fikir panjang.

Tiba2 lagi...

Tet! Tet!

”Ko ni pehal?”

Aku renung skrin tu lama. Cuba tak mamaikan diri. Argh, tersentap pulak minah ni. Period ke apa?

Aku tengok balik mesej yang aku tulis tadi. Baru aku faham yang dia salah faham rupanya. Mesej aku tu mungkin dibacanya sebagai menyindir.

Menyedari bahaya kalau aku kutuk dia tersentap time tu, aku buat-buatlah innocent, tak tahu apa-apa,

”Napa?”

Then,

Tet! Tet!

”Ape2 je la. Tido la. Ok. 530.”

Fuh!~ aku lega.

And this short situation makes me think...

(The thinker is back!) – After all my synapses are conquered by engineering terms.

The thinking side…

Ia buat aku berfikir. Walaupun kecanggihan teknologi sms membantu kita, kadangkala ianya menjerat kita. Let me explain futher more...

Cuba bayangkan lah kalau aku jawab msg, lepas dia tersentap tadi dengan pertanyaan ”Ko ni apahal? Tersentap pulak? Period ke?” dengan nada gurauan, dia mungkin akan baca dengan nada aku mempermainkan dia.

Maybe after that kitorang boleh gaduh besar, then tak jadi kuar.

Get it?

Sms is still sms.

Sometimes I need to write loooooooooooooong sms just to make sure people know what I am thinking at the moment. Aku akan cuba sedetailnya menjelaskan.

Tapi kadangkala penerimaan orang atas penulisan yang dibaca dengan nada yang salah menyekat pemberian maklumat kepada si pembaca (matilah ayat skema!) Betul tak?

Lagi satu yang aku bengang bila aku punyalah menaip pepanjang, tiba-tiba diorang balas balik dengan satu dua ayat je. Mau tak bengang. Lepas aku cuba sejelasnya, itu je aku dapat?

Then at that point pemahaman aku, orang tu nak tak nak je msg ngan aku. Macam tak sudi. Dan aku akan cuba cari jalan untuk hentikan msg tersebut. Walaupun sebenarnya orang tu tak nak berhentikan msg tu, dah memang azali dia tu suka balas msg pendek2.

Nampak tak salah faham yang berlaku? Even aku pun kadang-kadang baca mesej, selalu salah faham. Orang lain pun maybe salah faham dengan msg2 aku.

Sekarang ni fyi, aku selalu ambil masa yang agak lama untuk baca mesej yang diterima, dengan pelbagai tone. Tone sedeh, tone gurau, tone gembira, tone berlagak dan macam-macam lagilah.

Nampak tak ianya dah jadi satu kerja pulak untuk aku mentafsirkan msg yang diberi. Kalau tersalah balas mungkin boleh salah faham. So...

Pernah satu ketika, kiranya this gurl buat salah ngan aku, dia apologies via sms.

Aku balas balik la, indirectly said i accept her apology nut through joke – maybe a little sarcarstic tone, but than she replied me

”jangan la marah aku macam tu, aku tahu aku salah, sori r”

Hurm, sampai tahap ni aku tahu dia dah baca mesej aku dengan tone yang salah, so I replied to her,

“please read my previous msg with chipmunk voice, then u’ll understand my msg”

Sampai macam tu sekali?

One thing aku perasan, kalau perempuan la, mostly, takut gila buat aku marah. Maybe aku jarang marah diorang kot. Kalau aku diam pun, kadang-kadang diorang takut. Heran aku. Pelik perempuan-perempuan ni... Muahaha~

Tapi my point of this entry is the dangerous of technology. Sometimes it is good, sometimes it will bring more harm to us.

Teknologi mesej ni memang bagus, i admit that. Tapi kena hati-hati kan. Kalau salah baca dengan tone yang salah, akan porak poranda la keadaan.

Penutup

Dan untuk sambung balik cerita di atas, lepas aku dapat mesej dia yang suruh aku tido tu, aku sibuk berfikir (my job as a thinker) dan merangka-rangka ayat untuk tulis blog ni (my job as a blogger).

Dan akhirnya aku tak dapat tido... =(

Hampeh tul !

p/s – nak try to constantly update this blog since cuti dah nak start, even though aku tau tak ramai baca blog ni.

Pp/s – entah kenapa aku malas pulak nak cuti – berhadapan dengan dunia yang bosan, so kalau ada masa tu, bawak-bawak lah msg aku. Aku mmg selalu kebosanan bila cuti

Ppp/s – hurm, jelesnye… (sigh)


:::YTBACK!!!:::

Pernahkah kau...?

0040 – 13 November 2006
Pernahkah kau...?

Pernahkah kau ingin terbang
Tinggalkan bosan rutin harian?
Pernahkah kau ingin terbang
Melintas sempadan kenyataan?

Pernahkah kau ingin terbang
Tinggalkan hari biru kehidupan?
Pernahkah kau ingin terbang
Melintas wilayah kedamaian?

Lantas kau berlari
Pantasnya ke pangkuan fantasi
Lantas kau berlari
Pantasnya ke penjara fantasi

Bisikkan kata sakti
Cita harus dinanti

Di Yang Terdalam, Itu yang ku rasa…=(


:::YTBACK!!!:::

K.A.W.A.N.

0039 – 31 Oktober 2006
K.A.W.A.N?

Prolog

Laptop ku capai, di atas katil ku damparkan. Meletak diri dalam keadaan selesa, sambil membuka application Word. Berharap idea yang ingin ditulis tidak berlalu pergi. Berharap sangat agar apa yang ingin ku ceritakan dapat digambarkan sepenuhnya.

Kali ini aku berada di zon 113. Jauh dari rumah, di kolej. Menunggu tibanya hari peperiksaan terakhir untuk semester ini. Pulang awal mengharapkan agar adalah waktu berkualiti akan ku luangkan untuk pelajaranku. Harapnya pointer kali ini menjulang tinggi berbanding semester lepas.

Lupakan dulu soal itu. Esok aku akan memulakannya. Biarkan dulu aku bersenang lenang hari ini sambil merehatkan badan dan minda. Menyediakan diri untuk hari esok.

Sebenarnya aku menulis kali ini atas permintaan. Bukan permintaan la sebenarnya, lebih kepada idea untuk menulis yang datang dari seseorang yang tidak pernah ku jumpa, tetapi kerap bertukar-tukar pesanan. Harapnya lepas ni kita boleh jumpa ya. Janji tau cuti ni, Hamz?

Awalnya seperti biasa, pesanan biasa yang ditukar-tukar sehinggalah dia menanyakan aku soal kawan. Hurm, kawan. Bunyinya mudah, tapi bagi aku ianya mendalam. Perlukan pengertian yang secukupnya.

Aku pernah menulis mengenai ini sebelum ini, tapi ianya hanyalah di atas angin dan berlapik. Ditakuti kalau si polan yang aku bincangkan membaca blogku ini.

Tapi hari ini aku rasakan tidak guna lagi aku berselindung. Untuk mengawal penulisanku semata-mata untuk menjaga hati orang lain di blog aku sendiri, tiada gunanya. Lagipun tak ramai yang membaca blog ini (sedikit sayu... hehe). Nak buat macam mana, aku bukannya artis terkenal kan.

Jadi di sini aku ingin kembali membincangkan soal kawan. Dengan lebih terperinci dan mendalam. Dengan lebih jujur. Dengan terbuka.

Namun, pada masa yang sama, aku masih juga manusia yang cuba menyembunyikan. Mungkin ada yang akan kusembunyikan. Semuanya bergantung kepada aku ketika ini. Jika ianya tercerita, maka terceritalah.

Satu peringatan – TULISAN DI BLOG INI ADALAH PENDAPAT PERIBADI AKU MENGENAI SESUATU PERKARA. APA YANG AKU RASA, APA YANG TERLUKIS DI YANG TERDALAM. AKU TAK BERTANGGUNGJAWAB ATAS APA-APA PERASAAN YANG MUNGKIN TIMBUL HASIL PEMBACAAN ANDA. JIKA ANDA SEDIA UNTUK BERSIFAT TERBUKA, TERUSKAN. JIKA TIDAK, HARAP BERHENTI DI SINI. ANDA SUDAH DIINGATKAN!

Perlu lebih tegas dan keras. Agar ideaku ini dan perspektifku melihat perkara ini tidak lari. Tidak digugah oleh mana-mana ancaman luar. Biarlah ianya datang dari dalam diri aku sendiri. Dari yang teradalam...

Kawan

Kawan. Mudahkan menyebutnya. Friend? Teman? Member? Sahabat? Dan macam-macam lagilah yang diungkapkan kepada maksud kawan. Ianya pasti hadir dalam hidup kita, namun tempoh kehadirannya tak dapat dipastikan pula. Apakah maksudnya yang sebenar? Apakah yang diertikannya?

Aku sendiri jujurnya masih mencari apakah maksudnya. Kerana aku tidak punya apa-apa yang menceritakan maksudnya. Jika dilihat kamus, maksud yang diterangkan kadangkala tidak menerangkan apa maksud kawan kepada diriku sendiri. Jadi aku memilih untuk belajar dan mengetahui maksudnya melalui pengalamanku. Belajar dari pengalaman.

Inilah cerita yang ingin ku ceritakan Hamz, mungkin ianya kena mengena dengan soalan yang kau ajukan, mungkin juga tidak. Aku hanya menulis untuk berkongsi cerita, untuk meluahkan sejujurnya apa yang dirasa tentang kawan. Aku tak pasti sama ada ini boleh membantu kau atau tidak.

Sejarah ku berkawan, ya, aku memang ramai kawan. Ramai kenalan. Ramai sahabat? Itu mungkin sudah terlalu jauh.

Dalam usiaku yang menanjak 20 tahun ini aku sudah temui berbagai ragam kawan. Baik hati, pemalas, segalanya! Juga yang datang bila kita gembira dan pergi bila kita berduka.

A friend in need is a friend indeed, kerap dilaungkan. Namun kerapkah ianya dilakukan?

Permulaan…

Semenjak ku lahir, aku duduk di ceruk kawasan Felda di Sungai Tekam, Jengka (atau Maran, aku tak pasti). Kerja bapaku sebagai jurutera memaksa kami tinggal di situ.

Dalam komuniti jurutera begitu, apalah sangat dunia aku sebagai anak kecil? Aku tak ingat lagi sama ada ketika itu aku mempunyai kawan atau tidak. Yang nyata banyak masa dihabiskan bersama adikku. Dialah teman untuk bermain, berbasikal sama-sama dan segalanya. Aku memang tidak didedahkan dengan dunia kawan di situ.

Jika adapun aku sudah tidak ingat.

Menanjak usiaku 6 tahun, kami berpindah ke Selangor di Selayang. Mendaftarkan diriku di tabika Kemas yang rata-ratanya bersama penduduk di sekitar itu. Di sinilah mulanya aku didedahkan dengan dunia berkawan. Berkongsi makanan dan sebagainya.

Aku ingat lagi, ada satu ketika ada kawanku membawa kereta permainannya ke tadika. Mereka berkumpul bermain bersama. Sampailah ketika bila kereta itu terlantun ke arahku. Aku dengan niat berkawan, memegang kereta itu dan ingin bermain bersama.

Tapi yang ku dapat hanyalah jeritan dan pekikan, dan mereka mula mengerjar untuk memukulku. Tersentapnya perasaan kecilku bila keadaan itu berlaku. Aku berlari ke arah guru.

Itu sahaja yang aku ingat mengenai duniaku di tadika. Yang nyata di saat itu aku mula membenci keganasan. Aku mula memahami yang tak semua rakan itu baik.

Pertengahan...

Masuk ke darjah satu, aku menambahkan lagi pengalamanku mengenai kawan. Rakan peratamku seorang perempuan, Noorhidayatul Ummi aku ingat lagi. Kami sering bertukar-tukar makanan ketika rehat. Tapi kebanyakannya aku yang menumpang. Sedapnya bihun yang dimasak ibunya ketika itu.

Di sekolah rendah aku banyak berkawan dengan rakan perempuan. Mereka mudah. Buat baik sikit, terus mengaku kawan. Bagi gula-gula sikit, terus sahabat.

Tapi untuk kawan dengan lelaki agak payah. Kau kena ada kad ultraman, baru kau kawan aku. Kau kena ada basikal besar, baru kau kawan aku. Kau kena tiru stail rambut macam aku, baru kau kawan aku.

Jadi aku memilih untuk berkawan dengan perempuan. Tambahan pula di saat itu aku mementingkan pelajaran. Bagiku, lelaki hanya tahu main je.

Hasilnya, aku mendapat nombor satu dalam darjah. Bukan dalam kelas, tapi dalam darjah. Jadi saat itu aku percaya formula untuk berkawan dengan perempuan adalah betul.

Masih di pertengahan...

Masuk ke sekolah menengah, hasil dari keputusan UPSR ku yang kurang dari jangkaan, aku masuk ke sekolah yang sebenarnya salah satu sekolah tercorot di daerah Gombak. Memang banyak masalah sekolah tu!

Namun yang peliknya, sistem pembelajaran di sekolah itu amat bagus. Lelaki dan perempuan diasingkan. Lelaki ke sekolah kena pakai songkok. Sembahyang kena berjemaaah. Islamik kan?

Dan di sini, nak tak nak aku kena memulakan untuk rapat dengan pelajar lelaki. Bukan maksudku sebelum itu tak ada kawan langsung, Cuma aku kurang rapat. Dah sekelas semua lelaki, kena lah sesuaikan diri.

Aku mula dikelilingi kawan-kawan yang mengajarku banyak perkara. Juga sedikit blue diajarkan ketika itu. Tak apalah. Pengalaman hidup.

Aku bersyukur sebenarnya diberikan pengalaman bersekolah di situ. Sekurang-kurangnya kini aku mula pandai bergaul dengan lelaki dengan perempuan. Di situ telah menjadi kelebihan apabila lelaki ketika itu amatlah pemalu, hanya bergaul dengan lelaki dan perempuan juga begitu. Jadi kiranya aku sebagai pemecah tembok mereka.

Bila aku dah mengenali fiil lelaki begini, perempuan begini, aku diterima masuk ke sekolah asrama penuh. Harapnya di sana, setiap hari hidup bersama aku dapat berkawan dengan lebih lagi.

Dan di saat itu juga kematangan telah mula timbul apabila aku menyedari, aku tidak boleh berkawan dengan semua orang sekaligus. Kekangan minat dan kebolehan membuatkan aku sedar, aku perlu mencari kawan baik yang sekepala dengan ku.

Dan terpilihnya aku ke SEMASHUR ku harapkan dapat memberikan aku rakan baik yang ku cari.

Pertengahan lagi...

Pelbagai kenangan telah tercipta di sana. Suka duka dilalui bersama. (aku agak sentimental sikit bile membicarakan soal ini, kerana di sana memang banyak kenangan yang telah tercipta!). Aku gembira di sana. Aku boleh berdikari, aku boleh menguruskan diri.

Namun sepanjang dua tahun aku di sana, aku tidak dapat rakan baik yang ku cari. Hingga yang pilunya, bila tiba di saat akhir untuk aku di situ, aku seakan-akan merayu, meminta-minta untuk didampingi. (perempuan tiada masalah)

Aku ingat lagi, dengan muka tebal, hampir tiap malam aku ke dorm rakanku, walau semana sibuk aku, demi memastikan aku dapat meluangkan masa bersamanya. Kerana saat itu aku tahu waktu aku kian singkat untuk mencipta ikatan.

Ke sana, ku lihat dia bersama rakan-rakannya yang lain. Aku mengendeng, meminta sedikit perhatian. Dia melayan. Aku yang lurus bendul dan tongong ketika itu menyangkakan ianya persahabatan. Terus aku gembira.

Namun bila sesuatu berlaku kepadaku, dia tidak bisa membantu. Memang peristiwa yang amat besar, biarlah ia menjadi rahsia. Dia langsung tak kisahkanku. Sehingga akuy menangis di dalam hati.

Aku ada simpankan sebuah buku yang mencatatkan hari-hari terakhirku di sekolah itu. Ala-ala diari la. Namun bila kini ku buka kembali buku itu, hanya penuh dengan kesedihan, dan rasa kesepian aku yang tak berteman.

Banyak perkara yang memilukan terjadi sepanjang hari terakhirku di sana. Tiba saat berpisah, dia buat selamba, aku yang tak malu bersalam dan memeluknya

”terima kasih kerana buat aku senyum kembali” aku ingat lagi, itu kataku. Kerana peristiwa besar itu telah mengaburi mataku untuk meneruskan pelajaran di situ, hinggalah dia memberi semangat kepadaku. Atau simpati?

Aku tak peduli semua itu. Yang nyata aku sayu.

Dunia Khayalan...

Cuti selepas SPM banyak menyedarkanku betapa sunyinya aku. Ada saatnya aku menunggu bilakah mereka-mereka ini akan menelefonku, sms ke untuk bertanya khabar. Nak tak nak, aku yang tak malu memulakan segalanya. Telefon, sms, jumpa, semua hasilnya sedikit mengguris perasaanku.

Saat ini, lagu tema yang sering membuai perasaanku,

”I woke up it was seven, i waited till eleven, just to figure out that no one
would call, i think i got a lot of friends, but i don’t hear from them, what
another night all alone... (I’m Just A Kid – Simple Plan)”

Aku meminta-minta untuk diberi perhatian,

”Every now and then, when I’m all alone, I wishing that you would call me on the
telephone, say you want me there, but you never do, i feel like such a fool...
(Stuck – Stacie Orrico)

Di sinilah mulanya tercipta alam khayalanku. Aku mencipta duniaku sendiri. Aku menjelajah dalam imaginasi sendiri. Aku keseorangan.

”Semua takkan berubah, semua takkan berubah, ini taman mimpi, ini taman
langitku... (Taman Langit – Peterpan)

”Ku begini seperti selalu, membilang waktu berlalu, entah berapa lama, aku tak
sedarinya, berapa lama aku menunggu... (Ku Menunggu – Siti Nurhaliza)

Aku mencipta duniaku sendiri. Bagiku semuanya sama sahaja. Kawan bagiku ketika itu akan datang dan pergi. I lost faith in friends. Aku tak percayakan ungkapan kawan.

Untuk mengatakan kau adalah kawan aku, amat payah. Aku fikirkan aku hanya keseorangan.

Zaman matriks ku berlalu begitu sahaja. Kerana itu yang sudah ku katakan kepada diri – kawan datang dan pergi. Walaupun aku jumpa ramai rakan sekepala...

Bermulalah lembaranku sebagai pelajar universiti. Peganganku tetap sama – rakan datang dan pergi. Jadi tak guna lagi aku mencari kan?

Kehidupan sebagai mahasiswa yang sibuk membuatkan ku lupa erti kawan. Lantaklah, mereka akan datang dan pergi. Aku hanya melalui rutin harianku sendirian.

Hinggalah.

Cerita ini yang ingin aku ceritakan...

Atas sebab tertentu, cerita di atas perlu di sambung bila aku ada idea yang betul-betul mantap.

Sori ye...


:::YTBACK!!!:::

Biarkan aku ke sana...

0038 – 27 Oktober 2006
Biarkan aku ke sana…

Biarkan aku hidup di alam khayalan yang tak bertepi…

Di sana aku betul, di sana aku aman...

Kerna realitinya hidup tak seindah yang digambar...

Tak secantik yang dimahukan...

Kadangkala dugaan yang datang terlampau berat...

Menguji segala kekuatan diri...

Menguji jati diri...

Diriku terlampau rapuh ketika ini, katalah apa sahaja, aku tak bisa mendengar...

Yang ku tahu, biarlah aku hentikan masa yang berputar ini...

Agar aku tak terlepas satu pun...

Kerana masa yang tak henti-henti meninggalkanku, aku kini hilang arah...

Lantaran tiadanya siapa di sisi menemani...

Aku sepi sendirian begini...

Bukan cinta yang ku cari, hanya keselesaan abadi...

Agar setiap langkah yang ku atur tenang...

Agar setiap masalahku hilang...

Namun, bila ku menyaksikan satu persatu hubungan yang kecundang di tengah nya...

Aku meratapinya...

Aku buntu...

Aku hilang arah...

Jadi biarkan aku ke sana...

Agar aku bahagia di sana...

Di alam khayalanku, aku adalah aku...

Tanpa perlu bermuka-muka begini...

Masih adakah ruang untukku ke sana?


:::YTBACK!!!:::

Raya?

0037 – 26 Oktober 2006
Raya?

Prolog

Well, its me again.

Writing from my other comfort zone apart from my 113 zone.

Dah hari raya yang ketiga, dan makin bertambah juga la hari aku ada di rumah ni. Adakalanya cuti ni amat melegakan, tapi at the same time ia amatlah membosankan.

Tambahan pula bila kita kena lakukan banyak perkara yang kita tak nak dan juga tak de hubungan langsung dengan dunia luar.

Well, itu yang jadi kat aku cuti ni. Tapi memang most of my cuti macam ni. Lain la kalau ada connection to internet. At least aku dapat tahu pasal dunia luar.

Tapi nampaknya cuti ni internet ku bermasalah. Dan aku menulis ni pun tanpa berharap untuk menguploadkannya. Aku just menulis.

Kalau nak tunggu internet ada, mau berzaman juga baru aku menulis!

Blogger to Penafsir

Hurm, macam ni la, sebenarnya macam-macam yang berlaku. Banyak yang aku nak tuliskan. One thing yang aku perasan bila aku mula blog ni, aku mula menjadi seorang penafsir. Macam mana tu?

Bila sesuatu berlaku kat aku, aku mula lah menafsirkan perkara itu dalam bentuk yang mudah difahami seakan bercerita. Kononnya aku nak kena tulis dalam blog lah.

Contohnya, aku selalu tengok keadaan tu melalui pelbagai perspektif. Aku biasanya akan mulakan tafsiran aku dengan, korang tau tak... bla bla bla...

Sampaikan pelbagai benda ingin aku tafsirkan. Walau sekecil-kecilnya.

Kan aku pernah cakap dulu, jika adalah alat yang diletakkan di hati ni dan boleh update blog dari situ, mau rosak dunia internet. Banyak sangat maklumat.

Tapi bagus juga begitu. Bila sesuatu yang rumit aku cuba permudahkan, dengan tak sengaja aku dalam usaha untuk mengatasinya. Secara tak sedar, tiba-tiba masalah tu dah selesai.

So, siapa cakap blogging ni buang masa? Selain dari ajar korang macam mana nak meluah perasaan, ia juga pelepas tension. And i’m grateful to be in this blogging world.

Pengertian hari raya...

Hari ini hari ketiga raya. Aku masih lagi mencari pengertian hari raya.

Huh? Motif tukar tone?

Ya, sememangnya menjelang hari raya hari tu, aku mula terfikir dan berfikir, apa makna raya sebenarnya ya? Adakah ianya terletak pada juadah yang enak, duit raya, baju baru dan juga ibubapa di kampung?

Sebetulnya, tahun ini aku tidak bersemangat untuk raya. Entah kenapa, banyak perkara.

Ramadhan yang berlalu...

Pertama, aku rasakan aku tidak menggunakan masa Ramadhan ku sepenuhnya. Pertama kali aku rasa begini. Nampak sangat aku semakin matang.

Bulan yang penuh berkat itu berlalu begitu sahaja. Ada juga azamku di awal Ramadhan itu tak tercapai. Malah ia menjadi semakin buruk.

Di awal Ramadhan, azam telah ditulis di hati, dan aku semakin cuba mengikutinya. Sedikit demi sedikit aku ke arah itu. Harapanku di tengahnya aku semakin menghampiri sasaran.

Di tengahnya, aku ditimbuni dengan pelbagai urusan duniawi yang membataskan semuanya. Aku leka dan lalai untuk menguruskan Ramadhanku. Dan aku hanya mengikut sahaja. Tanpa daya untuk membaikinya.

Di akhir Ramadhan, keadaan semakin tak terurus. Sehinggakan pelbagai dosa aku lakukan. Itukah dugaan?

Dan bila raya hampir menjelma, hati aku sayu. Seriusly, aku tak pernah terfikir begini. Selalunya bila nak dekat raya, aku hanya fikirkan raya. Tapi rasa itu tiada.

Aku hanya terfikir akankah ku jumpa Ramadhan lagi. Entah kenapa sejak akhir-akhir ini aku hanya berpemikiran begini.

Tiada rasa...

Aku langsung rasa tidak teruja untuk pulang ke rumah. Tiada rasa hari raya. Tambahan pula di rumah aku rasakan suasana mengongkongku.

Di situ aku ada tanggungjawab. Aku perlu menjaga itu, menjaga ini. Aku perlu menjadi yang terbaik. Aku perlu mengawal semuanya.

Berbeza ku di kampus, aku hanya mengawal diriku. Ianya lebih mudah kerana aku lebih mengenali diriku.

Di akhir-akhir hariku di kampus, aku masih lagi leka melayani Internet di astaka. Lepas sembahyang Jumaat, aku lepak di situ. Terhanyut dengan dunia internet.

Sehinggalah di situ juga berkumpulnya makcik-makcik cleaner yang beru habis bertugas. Mereka datang di situ berehat. Bercerita dan mengusik antara satu yang lain dengan rianya. Bercerita tentang hari raya.

Aku hanya mendengar. Di samping ditemani dunia internetku. Sedikit bengang bila connection buat hal.

Tibanya ketika, seorang makcik cleaner menghampiriku untuk mengemas di bahagianku.

”hai... tak balik lagi ke?” tanyanya.

”tak, esok pagi”

”kesiannya, mesti dah terbayang emak kat kampung tu”

”takdelah” (di sini aku jujur)

”ish, mak cik dah terbayang dah semua sanak saudara di kampung, mesti best”

(aku hanya mendengar)

”mak cik balik mana?” (aku buat-buat mesra)

”raub, anak?”

”saya selayang”

Perbualan itu terhenti di situ bila dia ke bahagian lain.

Ia membuatku berfikir, apa perasaan ku di hari raya ini. Sesungguhnya ketika itu, tiada perasaan, hanya hari untuk aku pulang ke rumah. Entahlah...

Ketiadaan rasa berterusan...

Perasaan itu terbawa keesokannya bila aku dijadualkan pulang ke rumah. Setelah mengemas bilik lepas subuh pagi itu (kerana roomateku yang tak betul tinggalkan bilik macam tu je) aku bertemu dua rakanku untuk balik bersama.

Kaget aku sebentar, bila melihat keduanya lengkap berpakaian baju kurung! Tergelak aku di depan mereka. Mengusik diorang raya awal.

”Kamal, ni raya la, kenalah pakai baju kurung”

Aku terpempan. Hurm, tapi kenapa bagiku ianya tiada rasa?

Telefonku berbunyi. Ibuku. Bertanyakanku samada aku sudi mengecat rumah atau tidak. Katanya tahun ini tiada yang baru di rumah, sekurang-kurangnya biarlah nampak berseri sedikit.

Aku katakan tidak kisah. Cat pun cat lah..

Dan perasaan ketidak kisahanku kepada Hari Raya berlarutan di dalam perjalanan dari Kuantan ke Kuala Lumpur itu...

Lagu raya bersilih ganti di dalam perjalananku itu. Aku buat tak tahu, melayan mp4 ku, kerana aku tiada rasa untuk beraya!

Sampai di rumah, suasana menyambutku. Adik-adikku sedang mengemas rumah. Ada yang mengemas bilik (yang akhirnya sama je aku tengok), adikku yang pertama pula membasuh bilik air. Aku terus ke bilikku.

Ku perasan cadar bertukar baru. Warna oren, corak bulat-bulat. Tak pernah ku lihat. Dan nyata ianya baru apabila aku merasai kelainan tekstur kainnya bila aku melabuhkan badanku. Tekstur baru. Bau pun bau kedai.

Turun ke bawah. Ibu bapaku di ruang tamu. Duduk, bercerita hal kolej ku. Tiada langsung pasal raya. Hinggalah ibuku memulakan..

”ko nak cat rumah tak ni?”

”hurm, nak cat, cat je lah”

”ok, esok kita beli cat”

Aku tak kisah sebenarnya. Tiada perasaan.

Esoknya mencari cat. Mengecat ruang tamu malam itu juga. Warna oren kekuningan. Sedikit hampa warna lavender tidak sesuai untuk ruang itu.

Di saat ini semua membantu. Selain daripada bapaku yang hanya tahu mengarah sahaja, yang lain semua membantu. Sehinggakan yang si kecil pun ingin membantu. Membantu buat kacau!

Ini ke pengertian raya sebenarnya? Bersatu hati?

Esoknya berjalan seperti biasa. Sedar tak sedar ia hari terakhir puasa. Sedikit sayu kembali. Ramadhan akan pergi.

Raya???

Malam itu takbir bergema. Aku biasa sahaja. Tiada merasakan apa-apa.

Pagi raya, aku seakan malas untuk bangun. 2 3 kali juga dikejutkan adik-adikku supaya bersiap. Dengan malas aku bersiap.

Bersembahyang raya, bersalaman. Berjumpa saudara selepas sembahyang raya. Tiba-tiba di sini ku merasakan kesayuan. Kasih sayang antara keluarga, amat mesra walau jarang berjumpa.

Tiba masa untuk duit raya. Walau ku rasa aku sudah cukup besar untuk itu, mereka tetap memberi. Ambil sahajalah, boleh buat modal betulkan laptop. (laptop jenama asus yang bangang ni, jadi kapal layar balik. Aku memang bengang)

Berkunjung ke rumah-rumah yang sering dikunjungi setiap tahun. Tiada yang lain. Biasa sahaja.

Semuanya biasa kan?

Sanak saudara...yang tak disangka...

Raya kedua ke Jengka, melawat opahku. Di Felda Sungai Tekam, dekat Maran. Rumah lamaku di situ. Mana aku ingat, aku terlalu kecil waktu itu.

Ke rumah abang tiri ayahku. Melawat opah. Tua benar ku lihat. Uzur sangat.

Bercerita mengenai opah, banyak kali juga aku dipanggil pulang kerana opah terlalu uzur. Tapi dia masih gagah sehingga ke hari ini.

Keluarga abang tiri ayahku melayan nak tak nak je. Aku bosan. Ayahku duduk lama di situ, kerana dia menjaga opahku.

Aku betul-betul marah ketika itu. Dah orang nak tak nak layan, baik kita balik je. Tak penat. Tambahan pula peang tu ada Antara KL dan Jakarta.

Kemudian, ibuku memberi cadangan untuk ke rumah ’kakak’. Siapa aku tak tahu. Aku merungut di dalam hati. Ah penatnya raya macam ni!

Tapi rungutanku berakhir saat tiba di rumah itu. Layanan yang amat mesra. Baru ku kenal saudaraku di sebelah ini (walau bukan saudara direct).

Mereka merupakan keluarga isteri pertama abang tiri ayahku. Ayahku rapat dengan mereka sebab selepas kematian datukku, mereka ini tempat dia mengadu.

Baru ku tahu aku ada saudara begini. Meriah rasanya. Tak delah bosan macam rumah sebelum ini.

Tak semena-mena saat itu aku berfikir, betapa rumitnya salasilah sebelah bapaku. Walau di dalam folio salasilah keluarga masa form 1 dulu aku tulis simple je, rupanya ia lebih berselirat.

Ayahku anak tunggal. Tapi dia ada juga adik beradik tiri hasil perkahwinan opahku sebelum dengan datukku (tak pernah bersua muka, meninggal sebelum ku mengenal dunia)

Aku pun tak kenal sangat siapa saudara sebelah ayahku. Balik kampung pun bukannya mereka ada. Entahlah.

Dan raya ini aku mengenal lagi saudara-saudara baru yang selama ini aku tak tahu kewujudannya. So, perjalanan ke Jengka itu taklah sia-sia.

Raya sebenarnya...

Itu membuatkanku berfikir.

Apakah sebenarnya pengertian hari raya? Adakah ianya terletak pada juadah yang enak, duit raya, baju baru dan juga ibubapa di kampung?

Bagiku, kini, ianya lebih terletak kepada ikatan silaturrahim antara manusia. Saudara yang tidak pernah ku kenal, melayan dengan sungguh baik. Aku sedikit terharu.

Raya juga hari bermaafan. Walau kini aku meragui ungkapan maaf yang kerap disms kan. Semuanya berbunyi sama. Main forward je, tanpa terasa di hati.

Raya juga hari makanan. Juadah yang tersedia, memang sukar dicari di hari lain. Yumm!

Raya juga menerbitkan keinsafan. Betapa aku telah mensia-siakan Ramadhanku.

Penutup

Jadi di cuti ini, aku seperti biasa berfikir tentang diri.

Tentang harapan, cita-cita, tanggungjawab.

Semua tentang diri.

Siapa di sisi, dan mengulang kembali apa yang telah berlaku kepada diriku.

Di sini, tiada apa yang boleh ku lakukan. Masa telah berlalu pergi, aku hanya bisa menjanjikan yang terbaik untuk masa depan yang mendatang.

”Ku tak bisa merubah yang telah terjadi, tapi aku kan menjanjikan yang terbaik”

Walau pun cuti ini sebenarnya aku diduga lagi, aku sudah seakan lali.

Masalah itu takkan pergi begitu sahaja. Biarlah ia mengambil masa untuk berada di sisiku sebagai masalah selagi ianya ku kenal sebagai masalah.

Dan ku dengan penuh rasa rendah diri, atas kekhilafanku sebagai manusia, memohon ampun kepada semua atas salah dan silap yang ku sedar, mahupun tidak sedar.

Walau zahirnya aku begini, tapi di yang terdalam aku sedar siapakah diriku sebenarnya...


:::YTBACK!!!:::